Malam Terakhir Sebelum Menyerah: Saat Rizky Menemukan Harapan Lewat Gates of Olympus
Jam menunjukkan pukul 01.27 dini hari.
Hujan turun pelan di luar jendela kamar kecil itu.
Rizky duduk di lantai, bersandar pada dinding dingin yang mulai lembab.
Ia menatap kosong ke arah ponselnya — notifikasi utang, pesan belum dibayar, dan kabar dari keluarga yang cuma menambah sesak dada.
“Udah cukup, Ki,” katanya pada diri sendiri.
“Gue capek.”
Ia membuka ponsel hanya untuk mengalihkan pikiran.
Tanpa sadar, jarinya menekan ikon Gates of Olympus — permainan yang dulu ia mainkan waktu masih punya semangat.
Satu Spin yang Tak Disangka
Ia tekan tombol spin, sekadar refleks.
Putaran pertama lewat tanpa hasil.
Putaran kedua juga hampa.
Di putaran ketiga, Rizky nyaris menutup aplikasi — sampai cahaya menyambar layar ponselnya.
“Multiplier x500!”
Suara Zeus menggema pelan.
Simbol-simbol jatuh satu per satu, dan angka di layar berputar cepat.
Rizky terpaku.
Ia tak tahu harus tertawa atau menangis.
“Serius… segini banyak?” ucapnya dengan suara serak.
Bukan Soal Uang
Beberapa menit ia hanya menatap layar.
Lalu pelan-pelan, air matanya jatuh.
Bukan karena senang semata — tapi karena rasa lega yang datang tiba-tiba.
Bukan tentang keberuntungan besar, tapi tentang perasaan hidup lagi setelah sekian lama tenggelam dalam putus asa.
Malam itu, ia sadar sesuatu:
keajaiban kadang datang saat kita berhenti mencarinya.
Esok Pagi yang Berbeda
Pagi berikutnya, Rizky bangun lebih awal.
Ia menulis daftar hal kecil yang ingin ia perbaiki:
minta maaf ke orang tua, bantu teman lama, mulai cari kerja lagi.
Hasil permainannya semalam tak ia habiskan — sebagian ia simpan, sebagian ia donasikan diam-diam.
“Biar rezekinya muter,” katanya.
Penutup
Rizky tahu, hidupnya belum selesai.
Dan malam itu, ia belajar satu hal penting —
kadang, Tuhan memilih cara yang aneh untuk mengingatkan kita agar tidak menyerah.
Bahkan lewat sebuah permainan,
bahkan lewat petir Zeus di Gates of Olympus.
 
                                    
