Antara Lelah dan Keajaiban: Kisah Bagas yang Tak Menyangka Hidupnya Berubah Lewat Gates of Olympus

Bagas duduk di teras kontrakan kecilnya.
Angin malam berhembus, membawa dingin yang menembus jaket tipisnya.
Sudah seminggu ini ia hanya makan mie instan.
Uang hasil kerja serabutan habis buat bayar listrik dan utang teman.

Hidupnya seperti jalan tanpa ujung — gelap, sepi, dan tanpa arah.
Tapi di antara rasa putus asa itu, ada satu hal kecil yang selalu ia pegang: rasa penasaran.

Sekadar Hiburan, Katanya

Pukul sebelas malam, Bagas membuka ponselnya.
Ia melihat ikon Gates of Olympus, game yang dulu sering ia mainkan waktu masih kerja tetap.
“Coba sekali aja,” pikirnya.
Bukan untuk menang, cuma buat ngerasa hidup lagi.

Ia tekan tombol spin.
Sekali. Dua kali. Lima kali.
Semuanya kosong.

Namun di putaran keenam — petir muncul.
Layar ponselnya berkedip, dan suara Zeus bergema:
“Multiplier x100!”

Bagas terpaku.
Matanya tak berkedip melihat angka di layarnya berputar cepat, naik, dan berhenti di nominal yang membuatnya tak bisa berkata apa-apa.

Air Mata di Tengah Malam

Ia tak teriak.
Yang keluar hanya satu napas panjang, lalu air mata.
Bukan karena jumlah yang ia dapatkan, tapi karena rasa lega yang selama ini tak pernah muncul.
Seolah dunia bilang, “Belum waktunya menyerah, Gas.”

“Mungkin ini cuma permainan,” katanya pelan,
“tapi rasanya kayak dipanggil balik buat percaya lagi.”

Esok yang Tak Sama Lagi

Keesokan paginya, Bagas membeli sarapan hangat untuk pertama kalinya dalam seminggu.
Bukan karena jadi kaya, tapi karena hatinya terasa lebih ringan.
Ia mulai nyari kerja lagi, bantu tetangga, dan sesekali masih main, tapi bukan karena pengin menang — melainkan karena itu mengingatkannya bahwa hidup selalu punya cara sendiri untuk memberi kejutan.

Penutup

Kadang, keajaiban datang bukan dalam bentuk besar.
Bukan rumah mewah, bukan mobil, tapi perasaan tenang saat tahu hidup belum selesai.
Dan malam ketika petir Zeus menyambar itu,
Bagas tahu — masih ada alasan untuk melangkah esok hari.